Safari  

Tanpa Tasreh Card, Jamaah Tak Bisa Masuk Arafah, Musdalifah dan Mina

Tasreh Card, atau nusuk card, kebijakan baru dari kerajaan Arab Saudi terkait pelaksanaan Ibadah Haji 2024 M. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Reportase Haji 2024 M|1445 H

KISARAN.CO.OD, – Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menelorkan aturan baru terkait pelaksanaan haji tahun 2024 M. Kebijakan itu dikeluarkan dalam upaya memberi ketertiban, keamanan, pelayanan dan pelaksanaan ibadah haji tahun ini menjadi lebih baik.

Yang paling baru terkait penggunaan Tasreh Card, atau Nusuk Card, sebuah kebijakan yang belum pernah diterapkan pada pelaksanaan-pelaksanaan ibadah haji sebelumnya. Apakah semakin ketat..? Jawabannya adalah ya.

Penggunaan kartu tasreh ini untuk memastikan bahwa jamaah haji baik reguler maupun non reguler adalah yang sudah terverifikasi. Hingga berhak untuk menerima tasreh card. Di luar itu tak akan diberi meski karena posisi dan kedudukannnya apapun.

Tentu saja kartu ini adalah berpatokan pada data sebelumnya. Bahwa dari masing-masing negara telah melakukan verifikasi jamaahnya yang akan resmi berangkat haji. Dan pihak imigrasi kerajaan Saudi hanya mendasari data-data tersebut untuk menerbitkan tasreh card. Jadi, tidak ujuk-ujuk diterbitkan sendiri oleh kementerian Haji dan Umrah Saudi. Terbangun sistem operasi data lewat jaringan komputer antar negara untuk saling berkonfirmasi.

Baca Juga  Jamaah Lansia Bertambah Setiap Tahun, Ajbar Abd Kadir: Harus Diimbangi dengan Jumlah Tenaga Kesehatan

Tasreh Card, bentuknya sebagaimana kartu yang akan dikalungkan oleh seluruh jamaah tanpa kecuali, memuat data personal jamaah. Tulisan diatasnya menggunakan dua bahasa ; Arab dan Inggeris. Berukuran lebih besar dari ukuran rata-rata yang kerap dibikin-bikin panitia seminar di tanah air. Tasreh Card tergolong lux, kira-kira setara dengan kartu peserta pertemuan berstandar internasional. Bagus exelence ?

Pada kartu ini terdapat barcode.
Barcode menurut biasanya akan lebih akurat, cepat untuk membaca data-data inventarisasi. Seperti yang kita tahu ini memang tertib, pasti dan mudah dilakukan.

Barcode ini tinggal dipindai oleh alat yang dimiliki petugas makhtab.

Membaca data apa saja yang sudah diinventarisasi, dengan aplikasi barkode, memang sudah umum digunakan,”. Cukup memindai maka seketika data-data tersebut terbeberkan lengkap di layar yang disiapkan untuk itu.

Lantas mengapa kerajaan Saudi ketat, dan malah super ketat atas keberadaan jamaah yang hendak memasuki armuzna (arafah, musdalifah,mina) tahun ini. Yang pengetatan ini (dianggap) salah satu satunya wajib tasreh card?

Baca Juga  Indahya Melihat Ibukota Afghanistan dari Ketinggian Bukit Wazir Akbar Khan

Pihak mahktab (kantor resmi perhajian Saudi) sebelumnya telah merilis skenario penggunaan tasreh card. Bahwa demi keamanan jutaan jamaah haji tahun ini, tasreh card adalah solusi.

Sesaat jamaah asalnya dari manapun, ketika akan digerakan ke armuzna, pihak makhtab akan mendatangi tempat mukim (hotel) dimana jamaah akan diberangkatkan ke armuzna. Bus sudah dipastikan steril. Petugas makhtab lalu melakukan scanning (memindai) tasreh card milik setiap jamaah sebelum menaiki bus. Jamaah yang lolos dari proses scaning menuju bus. Demikian seterusnya hingga selesai proses scaning pada tasreh card yang dikalungkan semua jamaah.

Memastikan penggunaan tasreh card dan kecocokan jumlah jamaah dalam bus yang resmi menuju armuzna, maka segera dilakukan penyegelan pintu bus. Segel tersebut tidak sama sekali dibolehkan posisinya berubah (rusak, robek). Begitu segel berubah dari keadaannya (rusak) maka semua penumpang bus tidak diloloskan memasuki armuzna. Praktis, jamaah-jamaah ini tidak bisa wukuf di arafah bermalam (mabit) di musdalifah, melontar jumrah di Mina.

Baca Juga  Tawaf Wada, Tawaf Perpisahan?

Pemeriksaan Tasreh Card ini tidak saja akan dilakukan saat pergerakan dari hotel, tetapi juga setelah di armuzna melalui suatu pintu masuk. Pemeriksaan penggunaan kartu ini juga akan dilakukan secara acak selama pelaksanaan ibadah haji di armuzna.

Keinginan paling mendasar dari pemerintah kerjaan Saudi sebagai pelayanan paling utama pelaksanaan ibadah haji, berkaitan penerapan tasreh card ini adalah menyasar kepada pendatang yang tidak resmi. Bahwa kerap banyaknya pendatang tidak resmi namun berupaya memasuki armuzna.
Pendatang tidak resmi dilihat “membahayakan” berdasarkan hitungan jumlah jamaah
yang sudah dipertimbangkan secara presisi antara jumlah jamaah tiap senti (kapasitas ruang) di Armuzna. Selain tentunya menjadi sangat tidak adil bila jamaah yang datang tanpa prosedur kelak membahayakan jamaah yang sudah menunggu antrian puluhan tahun.

Penggunaan tasreh card ini, tentu diharapkan sebagai alat bantu, demi memitigasi kemungkinan buruk dari penumpukan jutaan jamaah di Armuzna nantinya. Semoga semua pihak memahami penggunaan tasreh card ini. wallahu’ a’lam.(*)

Oleh : Usman Suhuriah
TPHD Sulbar melaporkan dari Makkah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *