Bandung, -Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) perdana Pemuda Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) resmi diselenggarakan di Bandung, 1-3 Desember 2023.
Ketua Umum Pemuda ICMI Dr. Ismail Rumadan mengatakan, kegiatan Rakornas memperlihatkan semangat dan energi yang besar dari seluruh MPW Pemuda ICMI karena semuanya diselenggarakan mandiri.
“Para peserta dari MPW se-Indonesia hadir dengan dana sendiri, berangkat sendiri, bahkan bayar hotel sendiri,” katanya bersemangat, saat memberi sambutan kegiatan di Hotel Asrilia, Kota Bandung, Jumat (1/12) sore.
Dari 33 MPW, hadir dalam kegiatan itu 23 MPW dari 23 Provinsi Indonesia. Menurut dia, kehadiran tersebut menunjukkan spirit tinggi dalam aktualisasi para cendekiawan Muslim di tanah air.
“Sebab yang menyaksikan kecendekiawan itu Allah dan Malaikat. Jadi, kita harus senang dan bersungguh-sungguh. Tak lupa saya sampaikan terima kasih ke panitia pelaksana di bawah Ketua MPW Pemuda ICMIJabar Kang Jalu,” katanya.
Pembukaan Rakornas diawali keynote speach dari Prof. Dr. H. Jimly Asshiddiqie dengan materi berjudul ICMI dan Tantangan Membangun Peradaban Bangsa.
Selepas itu, seminar nasional dengan tiga pemateri berkualitas yakni Rocky Gerung, Faizal Assegaf, dan Prof Atip Latifulhayat.
Rocky Gerung meminta Rakornas mampu mengartikulasikan kegelisahan bangsa lebih tajam dari apa yang sudah disampaikan mahasiswa. Terutama atas pelanggaran etika terkait Mahkamah Konstitusi kemarin.
“Saya lihat tema seminar ini tidak spesifik, tidak sebut bahwa degradasi moral dan etika itu dibuat oleh presiden negara kita. Saya mendorong, jika kemarin mahasiswa Yogya sudah berani berkata ‘Kami Jijik’, maka Pemuda ICMI harus naik dari level itu,” katanya.
Prof Atif mengatakan, pemuda adalah para pengubah keadaan. Dibekali misi profetik seperti para pemuda dalam Al-Quran, maka harus siap berjuang mengubah hingga dimusuhi.
“Semua Nabi itu pemuda. Semuanya gelisah melihat keadaan, sehingga mereka berjuang merubahnya sampai dimusuhi. Saya mendorong Pemuda ICMI mau jalankan misi profetik itu,” katanya.
Faizal Assegaf mengatakan, cendekiawan harus lepaskan dari kungkungan literasi, teori, dan sistem akademisi yang menjauhkan dari problem masyarakat.
“Jangan muncul keangkuhan akademis yang membuat berjarak dari masalah rakyat. Berpijaklah pada landasan ontologis dan teologis dalam memberi solusi riil rakyat, misal listrik 1300 watt itu semua gratis,” katanya.
Selepas seminar, di Jumat malam, Pemuda ICMI menggelar Sidang Pleno I berisikan arahan dan evaluasi program secara umum serta sidang Komisi Komisi 1 : Keorganisasian, Komisi 2 : Kaderisasi, dan Komisi 3 : Kecendekiawanan.
Esok paginya, sambung Ketua Pemuda ICMI Jabar Jalu Priambodo, akan diadakan Pleno II yakni pemaparan rekomendasi masing-masing komisi serta penutupan-pembacaan kesimpulan dan rekomendasi.
“Peserta kemudian akan ikut kegiatan outbound dari Sabtu siang sampe malam di Dodik Rindam III Siliwangi, Lembang. Kami optimistis kegiatan akan berjalan lancar dan sukses,” pungkasnya.(*)