Daerah  

Makanan Khas Korea Selatan ini Ternyata Dikemas di SMKN 1 Cibadak

Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin saat meninjau proses pengemasan mi wonhae dan pembuatan woca cokelat yang dilakukan siswa SMK Negeri 1 Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Selasa (17/9/2024). (Foto: Biro Adpim Jabar)

KISARAN.CO.ID, – Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin melihat langsung proses pengemasan mi wonhae dan woca cokelat di Kabupaten Sukabumi. Yang menarik, proses pengemasan tersebut dilakukan para siswa SMK Negeri 1 Cibadak.

Mi wonhae dan woca cokelat merupakan produk makanan khas Korea Selatan. Produk tersebut dibuat PT Akasha Wira International dan PT Indokopi Makmur Sentosa selaku pemegang merek yang bekerja sama dengan SMK Negeri 1 Cibadak.

Untuk mi wonhae, SMK Negeri 1 Cibadak melakukan pengemasan barang saja, sedangkan woca cokelat sudah sampai taraf membuat, meski produksi utama masih ada di pabrik besar. “Ini contoh SMK yang berhasil, tadi saya lihat bagaimana siswa jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian belajar seperti sedang bekerja di pabrik,” ujar Bey Machmudin usai peninjauan, Selasa (19/7/2024).

Baca Juga  Bey Machmudin Tinjau Lokasi Terdampak Gempa Bumi di Kabupaten Kuningan,

“Ada beberapa produk yang dijual di toko, ada juga yang dijual langsung ke Bali, Riau, dan Batam,” tambahnya.

Guna mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan meningkatkan tingkat penyerapan tenaga kerja, Pemdaprov Jabar mengembangkan konsep teaching factory (Tefa).

Konsep Tefa merupakan metode untuk menciptakan link and match antara SMK dengan industri. SMK menyediakan SDM dengan vokasi yang sejalan dengan kebutuhan pabrik terdekat.

“SMK Negeri 1 Cibadak mengajarkan dan memberikan perhatian agar link and match tercapai. Kita tahu tak sedikit alumnus SMK setelah lulus justru menganggur (karena tidak ada link and match),” kata Bey.

Baca Juga  Bey Machmudin Tinjau Kondisi Banjir Cirebon

Bey memuji kualitas pengemasan dan makanan yang dihasilkan siswa SMK Negeri 1 Cibadak untuk dua pabrik tersebut.

“Produksinya sudah sangat baik, bisa dicontoh SMK negeri yang lain, bagaimana menerapkan program pengajaran teaching factory,” katanya.

Bey pun memberi acungan jempol kepada pihak sekolah yang berinisiatif dan memberikan ruang bagi industri untuk memberi pelatihan kepada siswa, sebelum akhirnya nanti siap menjadi calon tenaga kerja.

“Pak Kepala Sekolah cerita bahwa industrinya yang diajak (masuk) ke sekolah. Masalah kita adalah link and match dengan industri tidak terjadi (karena tidak ada inisiatif sekolah),” katanya.

Baca Juga  Pemda Provinsi Jabar Gelar Gerakan Pangan Murah di Indramayu

Bey lebih terkesan lagi karena banyak alumnus SMK Negeri 1 Cibadak sudah bekerja, selain di dua perusahaan tersebut, juga di luar negeri.

“Artinya kualitas (SMK Negeri 1 Cibadak) sudah sangat bai. Alumninya, pembelajarannya sudah cukup menunjang (industri),” pungkas Bey.

Jabar saat ini sedang giat mencetak lulusan SMK untuk bekerja di berbagai perusahaan pemilik pabrik. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu contoh yang ada di Jabar bagian selatan.

Pola Tefa untuk link and match SMK dengan industri juga diharapkan bisa diterapkan di Jabar bagian utara, yang mana KEK Rebana saat ini masih terus dikembangkan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *