Kampus  

Serunya Menikmati Hangatnya Kawah Ratu

Belasan mahasiswa dari IPB melakukan perjalanan ke Kawah Ratu, September 2023, lalu. (Foto: istimewa)

Kota Bandung, – Anda pecinta traveling..? sekali-kali, berjalanlah ke Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pasalnya, daerah ini adalah tempat segudang destinasi pariwisata yang menarik dan wajib untuk dijajali. 

Salah satunya adalah Kawah Ratu. Pernah dengar khan…?

Yah, Kawah Ratu adalah tempat wisata alternatif di Bogor. Kawah Ratu berada di Kawasan Taman Nasional Halimun yang memiliki ketinggian 800 – 900 mdpl. Lokasinya berada di kaki Gunung Salak yang berada di sisi lereng Selatan Gunung Salak. Tepatnya, berbatasan dengan Desa Cidahu, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. 

Tempat wisata ini merupakan dampak dari erupsi freatik yang sering terjadi di Gunung Salak. Hingga saat ini, Gunung Salak masih dalam status aktif namun masih aman untuk didaki. 

Lokasi ini sudah cukup terkenal. Bahkan sudah sering dijadikan tujuan heking atau pendakian. Kawah Ratu memang sangat cocok untuk para pendaki pemula atau yang baru belajar.

Kali ini, saya akan menjajali lokasi wisata itu. Perjalanan ini tidak sendirian, namun saya bersama rombongan Mapala yang ada di kampus saya. Anggota yang mengikuti pendakian ke Kawah Ratu tidak hanya berasal dari mahasiswa/i kampus saja, melainkan ada beberapa volunteer yang ingin mengikuti pendakian ini. 

Sebelum hari keberangkatan kami harus mempersiapkan barang bawaan seperti baju ganti, makanan, minuman, jas hujan, dan jangan lupa membawa obat – obatan pribadi. Harus sesuai standar operasional (SOP) untuk perjalanan ke alam teman-teman

Hari H tiba. Tepatnya Kamis, 28 September 2023, satu tahun silam. Saya dan rombongan berangkat dari Kota Bogor menuju Kawah Ratu dengabn menyewa angkot. Sekitar pukul 07.00 WIB sudah berada di titik kumpul, namun rombongan kami belum sepenuhnya siap. Akhirnya, kami berangkat pukul 08.30 WIB yang diawali dengan doa Bersama.

Ada tiga jalur resmi untuk mencapai Wisata Kawah Ratu yaitu jalur Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Pasir Reungit, dan Bumi Perkemahan Cengkuang. Rute perjalanan yang sangat singkat adalah melalui rute jalur Pasir Reungit. Lokasinya berjarak 3,6 kilometer atau sekitar 2 – 3 jam dari Jalur Pasir Reungit. Karena jalan yang dilalui berberbatu membuat pengunjung hanya dapat mengaksesnya dengan berjalan kaki. 

Baca Juga  Herman Suryatman Dorong Unsap Sumedang Jadi Universitas Kelas Dunia

Untuk roda empat dan roda dua bisa memarkir di area yang sudah disediakan. Lokasi yang dikelola swadaya oleh masyarakat itu mempunyai  harga tiket masuk (HTM) kisaran 20 ribu per orang. Namun, jika belum pernah mendaki sebelumnya, maka diwajibkan mendaki bersama guide yang telah disediakan, dengan biaya sewa kurang lebih 300 ribu untuk sampai ke Kawah Ratu.

Setelah melewati pintu masuk gerbang Kawah Ratu, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan dengan melewati jalan berbatu. Untuk memulai perjalanan pengunjung akan melewati rute pendakian awal sampai ke Kawah Mati dengan melewati hutan belantara. Hutan belantara adalah jalur pendakian yang didominasi tanah bebatuan besar yang keras. 

Di sepanjang jalur ini juga melewati sumber air dan sungai dengan air yang jernih yang mengalir, bahkan kadang terlihat hewan air seperti ikan – akan kecil. Pengunjung juga dimanjakan dengan keseruan penemuan pohon yang lebat dan rimbun membentuk seperti terowongan mini, lalu bisa berjalan menerobos dibagian bawahnya. Karena Bogor adalah kota hujan, pengunjung harus lebih berhati – hati karena terkadang ada genangan air yang membuat akses tersebut menjadi licin. 

Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dengan beberapa kali istirahat sebentar, akhirnya sekitar pukul 11.25 kami tiba di sumber mata air terakhir sebelum sampai ke Kawah Ratu, pengunjung dapat dimanjakan berupa sungai dengan aliran air yang tak begitu deras, dengan air yang sangat jernih dan juga bersih. Kebersihan air di Sungai itu membuat pengunjung bisa menyicipi langsung, dan rasanya sangat segar sekali. Untuk pengunjung yang ingin mengisi ulang stok air minumnya, maka ambil lah air disini, karena disini tempat air terakhir yang dapat dikonsumsi dan setelah rute ini adalah kawasan kawah, jadi air tersebut akan tercampur dengan belerang dan tidak layak untuk dikonsumsi. 

Baca Juga  Jusuf Kalla Sebut UIII Tambah Kuota untuk Mahasiswa Luar Negeri

Seusai istirahat di sungai terakhir, kami melanjutkan perjalanan kembali. Membutuhkan waktu sekitar 20 menit, kami tiba dikawasan Kawah Mati. Lokasi ini berada pas di pinggiran Kawah Ratu, medan berganti hutan belantara, menjadi jalur bebatuan khas kawah gunung, dan bau belerang sudah mulai tercium aromanya. Kawasan ini memiliki tanjakan yang terjal dan lumayan curam. 

Ditempat inilah menjadi saksi bisu tepatnya diantara bebatuan tanjakan terjal ini, terdapat sebuah monument yang sengaja dibuat untuk mengenang “Supriyadi”, yang merupakan salah satu anggota komunitas pecinta alam “Cadas” yang telah meninggal saat mendaki ke Kawasan Kawah Ratu disebabkan menghirup gas beracun yang dikeluarkan oleh kawah. 

Tanpa berlama – lama karena cuaca yang cukup terik perjalanan pun dilanjutkan, rute kali ini pengunjung akan melewati kawah mati. Pemandangan yang disajikan sangat bagus, ada bebatuan dan pasir putih, dan pohon – pohon yang tumbuh tanpa daun. Setelah menempuh perjalanan dengan waktu yang kurang lebih 20 menit dari Kawah Mati dengan melalui akses pendakian yang menurun menuju ke bawah kawah, akhirnya destinasi yang kami tuju sampai, yaitu Kawah Ratu. 

Rasa capek mendaki pun terbayar karena disini dimanjakan pemandangan yang sangat mempesona. Bebatuan belerang putih dengan pasir disekitar, dengan diselimuti asap tebal yang menandakan Tingkat belerang cukup tinggi. Sekumpulan asap ini tidak mengganggu penglihatan, namun menimbulkan kesan yang indah. Dikawasan ini juga memiliki beberapa titik yang dimana air belerang tersebut berwarna abu-abu yang bisa disaksikan mendidih karena air tersebut adalah air panas yang keluar menyembur dari tanah.

Pesona dari pemandangan yang disajikan di Kawah Ratu membuat pengunjung mengabadikan moment yang nantinya dapat diunggah di media sosialnya.  Tidak jauh dari akses jalan yang menuruni kawah, penggunjung  juga dimanjakan dengan aliran sungai belerang yang berwarna biru tosca. Sungai yang memiliki aliran air berwarna biru tosca itu mengalir dan membelah bebatuan, dapat dilihat posisi belakangnya berlatar gunung dengan asap belerang yang mengepul ke atas. Tibanya di Kawah Ratu sekitar pukul 13.00, dan rombongan kami memutuskan untuk beristirahat. Menikmati keindahan ini, beberapa dari kami ada yang berpencar, ada yang foto-foto, ada yang membangun tenda dan menikmati bekal yang dikemas dari rumah.

Baca Juga  ITB Pilih Rektor Baru, Bey Machmudin Minta Calon Hadirkan Konsep Pembangunan Jabar

Setelah kami puas mengabadikan moment dan beristirahat, kami memutuskan untuk kembali turun. Akses jalan yang dilalui hampir sama dengan tracking di awal, namun hanya saja jalan yang dilalui tersebut dengan cara turun. Sekitar 1,5 jam perjalanan, saya tertinggal rombongan dan hanya berdua dengan teman dekat saya, namun disitu kami tidak begitu takut karena ada pendaki lain yang sedang turun juga. Bebatuan yang cukup licin membuat saya hiloang keseimbangan dan kaki kanan saya terkilir. Kejadian yang sungguh apes bagi saya, rasanya sungguh amat nikmat, tetapi saya tidak menggurungkan waktu lama – lama karena saya harus sampai loket dan menyusul rombongan. Melanjutkan perjalanan walaupun sedikit pincang dan hingga pada akhirnya saya ditolong oleh salah satu rombongan yang berasal dari Jakarta. Pengunjung tersebut diberikan sebatang bambu yang memiliki tinggi kurang lebih 160 centimeter.

“Teh, jalan nya pelan – pelan aja soalnya licin. Eh tapi kaki nya kayanya terkilir ya, yaudah nih teh pakai tongkat punya saya aja” kata pria yang kisaran umurnya 23 tahun.  

Tanpa pikir panjang saya menerima tongkat itu dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepadanya. Lalu saya dan teman saya melanjutkan perjalanan, hingga 45 menit berjalan akhirnya kami tiba di loket pembelian karcis.(*)

(Kontribusi: Sindy Bella Rahimah/ Mahasiswa SV IPB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *